Kisah Datu Musing Dan Mipa Deapati (Bahasa Indonesia)

11/20/2013
-->
Kisah cinta nan mengharukan antara Datu Museng dan Maipa Deapati ini berangkat dari cerita rakyat yang sangat populer dikalangan masyarakat Makassar, yang dituturkan oleh orang-orang tua kepada anak cucu mereka, agar mereka dapat memetik hikmah dari pendidikan, perjuangan dan kesetiaan. Begitu hebatnya cerita antara Datu Museng putra bangsawan kerajaan Gowa dan Maipa Deapati Putri bangsawan Kerajaan Sumbawa ini tertanam di dalam benak orang-orang makassar, sehingga kemudian nama dari kedua tokoh legendaris ini diabadikan sebagai nama jalan di Kota Makassar. Nama jalan itu seakan sengaja dibuat berdampingan saling berdekatan seakan-akan Pemerintah Kota Makassar turut merestui hubungan percintaan abadi mereka berdua. Jalan Maipa berada di sisi kanan Hotel Imperial Aryaduta Makassar.Pada ujung barat jalan Datu Museng, terdapat situs makam dengan dua nisan kayu yang bersanding kukuh, yang konon katanya itulah makam kedua pasangan cinta ini dimakamkam, Datu Museng dan kekasihnya Maipa Deapati.
Kisah percintaan Datu Museng dan Maipa Deapati ini berawal ketika Addengareng kakek dari Datu Museng melarikan diri bersama cucunya menyebarangi lautan nan luas menuju ke negeri Sumbawa, akibat dari politik adu domba yang dilancarkan penjajah belanda di tanah Gowa, yang membuat bumi Gowa bergejolak dan tidak kondusif lagi untuk dijadikan tempat tinggal yang aman.
Di Pulau sumbawa itulah akhirnya Datu Museng tumbuh menjadi seorang yang dewasa dan bertemu dengan Maipa Deapati di sebuah rumah Pengajian bernama Bale Mampewa. Akhirnya tumbuh benih cinta dihati Datu Museng sejak pertama kali melihat sosok Maipa Deapati yang anggun dan mempesona. Namun cinta dari Datu Museng kepada Maipa Deapati menjadi sebuah cinta yang terlarang karena Maipa Deapati telah ditunangkan dengan seorang pangeran dari Selaparang Lombok bernama Pangeran Mangalasa.
Setelah kakek Datu Museng mengetahui bahwa cucunya mencintai Maipa Deapati, alangkah terkejutnya sang kakek. Sang kakek merasa malu. Ia menganggap cucunya hanyalah sebongkah emas yang telah terkotori oleh lumpur, sedangkan Maipa Deapati adalah Putri seorang bangsawan bak sebongkah mutiara yang belum tersentuh dan tidak pantas disunting Datu Museng.
Datu Museng mengetahui bahwa cintanya kepada Maipa Deapati terhalang oleh tembok yang kokoh, maka atas anjuran sang kakek, berangkatlah Datu Museng ke tanah Suci Mekkah untuk berguru. Disanalah ia mendapatkan ilmu “Bunga Ejana Madina”. Kepergian Datu Museng ke tanah Mekah ternyata bukannya membuat kedua insan yang saling mencinta ini menjadi terpisah, melainkan perpisahan itu malah semakin membuat ikatan hati antara keduanya semakin kuat.
Selepas mendapatkan ilmu di tanah rantau, maka Datu Museng pulang kembali ke Sumbawa dengan membawa rindu membarakepada Maipa Deapati. Sesampainya di Sumbawa ternyata sang kekasih yang dirindukan dalam keadaan sakit,dan Datu Museng pun mengobati Maipa Deapati dengan ilmu yang didapatkannya dari tanah Mekkah. Mendengar kabar bahwa sang tunangan Maipa Deapati mencintai Datu Museng, membuat perasaan cemburu di hati Pangeran Mangalasa bergejolak dan tentunya sakit hati. Pangeran Mangalasa lantas bersekutu dengan Belanda dengan tujuan untuk membunuh Datu Museng. Tetapi Datu Museng yang teramat sakti itu tak dapat dikalahkan oleh Pangeran Mangalasa dan Belanda.
Akhirnya Datu Museng mendapat restu dari Sultan Sumbawa, merekapun lantas dinikahkan dan Datu Museng diberikan pangkat sebagai Pangllima perang. Belum beberapa lama menikah, berhembus kabar bahwa di Makassar tengah bergejolak kekacauan yang disebabkan oleh pemerintah Belanda yang berkuasa ditanah Makassar. Datu Museng yang telah menjadi panglima perang itu kemudian kemudian dikirim ke Makassar oleh Sultan Sumbawa atas permintaan Raja Goa untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Maka berangkatlah Datu Museng dan istrinya Maipa Deapati ke tanah Makassar.Setibanya di Makassar, Datu Museng mendapatkan tantangan lain karena Kapten dari Belanda itu justru mencintai Maipa Deapati, dan melancarkan berbagai macam teror dan  serangan kepada Datu Museng untuk merebut Maipa Deapati dari Datu Museng. Akibatnya Datu Museng pun terdesak akibat serangan Belanda tersebut. Namun bagi Maipa Deapati cintanya ke Datu Museng adalah harga mati baginya, ia tidak mengijinkan seorang pun untuk mengambilnya dari Datu Museng. Sang kekasih Maipa Deapati lantas meminta kepada Datu Museng untuk membunuhnya, sebab cintanya kepada Datu Museng hanya untuk Datu Museng seorang, ia merasa lebih baik mati daripada harus menyerahkan dirinya kepada Belanda.
Dengan sangat berat hati Datu Museng lantas mengabulkan permintaan sang istri, iapun lantas menikamkan Badik pusakanya ke leher sang kekasih tercinta. Setelah itu, karena rasa cinta yang dalam kepada istrinya Maipa Deapati, Datu Musengpun lantas melepaskan semua ilmu ilmu yang dimilikinya, membiarkan dirinya dibunuh oleh penjajah Belanda. Kisah inilah yang terus dikenang oleh masyarakat Makassar hingga saat ini, kisah percintaan Romeo And Juliet Versi Makassar.

Sumber : Bang Mek



Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Berkomentarlah! EmoticonEmoticon