Cerita Lalu Lepang Kuning (Bahasa Indonesia)

11/20/2013
Pada zaman dahulu di sebuah desa hiduplah sepasang suami isteri. Mereka hidup dalam keadaan rukun dan damai. Hasil sawah dan ladangnya melimpah ruah dan hidup dalam serba berkecukupan. Namun semua kekayaan dan kemewahan yang dimiliki tindaklah membahagiankan hati mereka, karena setelah sekian lama menikah belum juga dikarunia seorang anak. Kini 20 tahun sudah mereka berumah tangga.
Setiap saat mereka berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar dikarunia seorang anak. Namun sekian lama sudah doa dipanjatkan belum juga dikabulkan. Walaupun demikian mereka berdua tidak pernah berputus asa. Pada suatu hari mereka memohon kepada Allah SWT dengan perasaan syahdu tulus dan ikhlas agar mereka dikaruniakan seorang anak. Bagaimanapun bentuk dan rupa anak yang akan dikaruniai akan diterima dengan senang hati, meskipun sekirahnya anak itu nanti wajah dan rupanya seperti katak. Dalam kekhusukan berdoa tersebut tiba-tiba terdengarlah petir menyambar, angin bertiup kencang sehingga mereka menjadi ketakutan. Tetapi dalam ketakutan itu mereka berdua berpikir mungkin petir dan angin itu merupakan pertanda bahwa doa mereka dikabulkan.
Hari berganti hari minggu berganti minggu ternyata ada perubahan pada sang isteri, yaitu merasa bahwa dirinya hamil. Gembira hati kedua suami ister itu karena berarti delapa atau sembilan bulan lagi mereka akan dapat menggendong bayi.
Setelah usia kandunga sang isteri berumur tujuh bulan, seperti biasanya setiap orang Bugis pada kehamilan anak pertama itu mereka mengadakan Upacara Biso Tian yang dilaksanakan untuk memohon berkah dan keselamatan ibu yang sedang hamildan anak yang sedang hamil dan anak yang sedang dalam kandungan. Sekitar dua bulan lebih tibahlah saat melahirkan maka untuk membantu persalinan dipanggilan dukun beranak di desa itu. Betapa kagetnya sang dukun beranak keteka melihat anak yang dilahirkan dalambentuk atau rupa seekor katak.Namun bayi yang baru lahir itu tetap diperlakukan sebagaimana anak bayi biasa. Setelah selesai dimandika bayi tersebut diberikan kepada ibunya. Melihat anaknya dalam bentuk dan rupa persis seekor katak kedua suami isteri itu tidak menampakkan kekecewaan bahkan sangat menyayangi anak bayinya itu. Itu berarti bahwa mereka berdua menerima kehadiran bayi itu dengan tulus sebagai suatu karunia dari Allah SWT.
Dari tahun ke tahun anak itu diasuh kedua orangtuanya sehingga sampailah kepada usia belasan tahun. Setelah anak itu besar dengan bangga mereka memberi nama untuk anaknya itu dengan nama lalu lepang kuning. Dari waktu ke waktu anak tersebut tumbuh dan berkembang menjadi anak remaja. Sebagaimana layaknya manusia biasa, Lalu Lepang Kuning memiliki perasaan yang sama ada keinginan untuk bergaul dan berteman, ada keinginan untuk memiliki sesuatu, ada keinginan, untuk bermain- main, ada keinginan lainnya.
Di desa tempat tinggalnya Lalu Lepang Kuning terdapat tujuh orang gadis yang sangat cantik. Ketujuh orang gadis tersebut terkenal dengan sebutan dadara pitu. Dadara pitu merupakan tujuh orang bersaudara. Kecantikannya yang luar biasa menyebabkan banyak pemuda tergila-gila mendambakan untukmenyunting salah seorang di antarnya. Termasuk di antara pemuda dan remaja itu adalah Lalu Lepang Kuning. Siang dan malam Lalu Lepang Kuning memendam perasaannya, ada keinginan yang kuat untuk menyunting salah satunya untuk menjadi isteri. Tak kuasaia melawan kehendak hati dan jiwanya, meskipun didasari juga olehnya bahwa dirinya tak pantas utnuk menjadi suami dari gadis yang sangat cantik itu.
Pada suatu hari Lalu Lepang Kuning termenung dan gelisah menghayati gejolakbatinya yang kian kuat. Kegelisaan yang tampak pada diri Lalu Lepang Kuning tidak luput dari perhatian kedua orangtuanya. Kedua orangtunya menanyakan kepada Lalu Lepang Kuning tentang apa yang membuatnya tampak gelisah. Akhirnya Lalu Lepang Kuning menyampaikan segala perasaan dan harapannya kepada kedua orangtunya. Harapannya itu adalah agar kedua orangtua datang melamar salah dari dadara pitu itu. Betapa kaget kedua orangtua Lalu Lepang Kuning mendengar segala perasaan dan harapan anaknya. Selama ini segala sesuatu yang diminta oleh Lalu Lepang Kuning selalu dapat dipenuhinya. Semua itu karena rasa cinta kedua orangtua yang sangat mendalam kepada anaknya. Tetapi mrnghadapi permintaan yang satu ini sungguh merupakah suatu hal yang mustahil. Disadari oleh orangtua itu bahwa Lalu Lepang Kuning yang bentuknya seperti katak sangat tidak pantas untuk mempersunting Dadara Pitu yang itu.
Rasa cinta yang mendalam kepada anak satu-satunya menyebabkan kedua orangtua akhirnya mau memenuhi keinginan Lalu Lepang Kuning. Rencana untuk melamar dimantangkan sudah. Segala sesuatu dipersiapkan berupa barang-barang yang biasanya akan diserahkah nantinya kepada pihak wanita. Siapa tahu lamarannya diterima berarti perkawinan akan dapat segera dilangsungkan. Melihat kedua orangtuanya bersedia untuk melamar Dadara Pitu, gembira dan senanglah hati Lalu Lepang Kuning. Wajahnya tidak murung lagi, karena ada harapan akan mempersunting gadis yang sangat cantik di antara Dadara Pitu itu. Setelah segala sesuatunya dimusyawarahkan maka diputuskanlah untuk segera melaksanakan lamaran.
Pada suatu hari yang telah ditentukan pergilah kedua orangtua Lalu Lepang Kuning ke rumah Dadara Pitu untuk melamar. Mereka berduamenemui kedua orang tua Dadara Pitu. Segerahlah mereka berdua mengutarakan maksudnya yaitu melamar anak yang pertama atau anak sulung di antara Dadara Pitu itu untuk di persuntingkan oleh Lalu Lepang Kuning. Kedua orangtua Dadara Pitu nampaknya agak sulit untuk menerima lamaran itu, namun mereka memanggil juga anaknya yang sulung untuk menanyakan kesediaannya. Tetapi apa yang terjadi, mendengar bahwa dirinya dilamar oleh Lalu Lepang Kuning maka marahlah gadis itu dan bahkah mencaci maki kedua orangtua Lalu Lepang Kuning.
“Siapa mau dipersuntingkan oleh orang yang bentuk dan rupanya seperti katak itu. Aku tidak mau,sungguh tidak pantas rasanya aku yang cantik jelita ini akan menjadi isteri seekor katak. Pulanglan dan tidak usah mengaharap lagi”, kata gadis itu. Mendengar cacian dan hinaan dari gadis itu, kedua orangtua Lalu Lepang Kuning hanya bisa bersabar.Mereka tidak merasa marah sedikitpun, disadarinya bahwa itu merupakan suratan tangan keluarga khususnya anaknya. Maka sesuai janjinya dahulu ketika mereka mendoakan untuk memperoleh anak, walaupun anaknya akan seperti katak akan tetap diterima. Janji ini tetap dipegang teguh oleh mereka.
“Baiklah kalau demikian. Sebelum kami berdua meningglkan tempat yang mulia ini, kami mohon maaf atas kelancangan kami. Selanjutnya kami permisi”, kata ayah Lalu Lepang Kuning dengan sikap yang ramah dan sopan.
Lalu Lepang Kuning sudah tidak sabar menunggu kembalinya kedua orangtunya dari rumah Dadara Pitu. Pandangan matanya tertuju terus ke halaman depan rumahnya. Begitu kedua orangtunya datang, Lalu Lepang Kuning melompat-lompat kegirangan. Setelah kedua orangtuanya menyampaikan bahwa lamarannya ditolak, Lalu Lepang Kuning hanya tersenyum. Harapan masih ada pikir Lalu lepang Kuning, maka dimintalah agar kedua orangtuanya melaksanakan lamaran berikutnya untuk anak yang kedua di antara Dadara Pitu.
Sebenarnya orangtua Lalu Lepang Kuning sudah merasa malu untuk pergi melamar lagi. Tetapi desakan Lalu Lepang Kuning anaknya dan rasa kasih mereka akhirnya lamaran kedua dilaksanakan. Hasilnya sudah dibayangkan, ternyata mereka mendapat kecaman dan caci maki yang lebih pedas lagi dari anak gadis kedua. Lamaran ditolak. Maka segeralah kedua orangtua Lalu Lepang Kuning berpamitan. Setibahnya di rumah, segerahlah hasilnya disampaikan kepada anaknya. Mengetahui lamarannya ditolak lagi, Lalu Lepang Kuning hanya tersenyum, tetapi keinginannya semakin besar untuk dapat mempersunting salah satu diantara Dadara Pitu. Maka Lalu Lepang Kuning kembali merayu orangtuanya untnuk melamar gadis yang ketiga. Lamaran dilaksanakan dan hasilnya sama tidak ada bedanya bahkan kedua orangtua Lalu Lepang Kuning mendapat caci maki dan hinaan yang hampir-hampir tak tertanggungkan.
Singkat cerita sampai dengan lamaran untuk gadis yang keenam seluruhnya ditolak mentah-mentah. Apalagi tersebar berita di seluruh desa bahwa Lalu Lepang Kuning melamar Dadara Pitu, dan lamaran selalu ditolak. Berita melamar itu akhirnya menjadi gunjingan setiap orang. Ada yang mengatakan bahwa keluarga Lalu Lepang Kuning benar-benar tidak tahu malu, tidak tahu diri, tidakdapat menempatkan diri. Tahu bahwa anaknya berupa seekor katak mengapa pula memberanikan diri melamar gadis cantik. Manusia yang tampan pun belum tentu mendapat tempat di hati Dadara Pitu tersebut. Dari kalangan orangtua Dadara Pitu beserta seluruh keluarganya merasa seolah-olah harkat dan martabatnya dilecehkan dan dilanjutkan karena berkali-kali Lalu Lepang Kuning datang melamar. Semestinya setelah lamarannya ditolak Lalu Lepang Kuning dan kedua orangtuanya tidak lagi untuk datang melamar.
Lalu Lepang Kuning memang sosok yang tidak mudah putus asa. Masih ada satu harapan tersisa, yaitu melamar gadis yang ketujuh. Dikemukakannya harapan itu kepada kedua orangtuanya. Kedua orangtunya yang sangat mencintainya tidak dapat menolak selain mereka memenuhi saja harapan Lalu Lepang Kuning anak satu-satunya itu. Cintah kepada anak memang segala-galanya bagi orangtua Lalu Lepang Kuning. Sulit ditemukan orangtua yang seperti itu. Mereka mampu mendobrak perasaan putus asa, mendobrak rasamalu, mendobrak segala keraguan yang ada. Mereka berprinsip, manusia ditakdirkan untuk melaksanakan usaha dan berjuang, dan Tuhanlah yang akan menentukan hasilnya. Tuhanlah yang memegang kendali hati manusia, maka dengan prinsip itu mereka sepakat untuk melaksanakan lamaran yang ketujuh si gadis bungsu di antara Dadara Pitu yang terkenal itu.
Perjalanan terakhir ini tidak lupa diiringi doa oleh Lalu Lepang Kuning. Dia berdoa kepada Tuha bahwa kedua orangtuanya telah menunjukkan rasa cinta dan tanggungjawab yang luar biasa kepada dirinya sebagai anak. Maka berikanlah mereka kekuatan dan kelapangan dalam berusaha terutama dalam lamaran ini. Demikian antara lain isi doa Lalu Lepang Kuning. Kedua orangtua Lalu Lepang Kuning telah sampai ke rumah Dadara Pitu. Maka segeralah lamaran itu diutarakan.
“Kembali kami mohon maaf atas kelancangan kami ini. Kami tahu bahwa anak kami Lalu Lepang Kuning sangat tidak pantas untuk menjadi menantu dalam keluarga ini dan tidak pantas untuk mempersungting dadara pitu. Tetapi ijinkan kami untuk yang terakhir kalinya. Kami datang membawa lamaran yang terakhir untuk gadis yang bungsu”, kata ayah Lalu Lepang Kuning.
Segerahlah orangtua dari Dadara Pitu memanggil anaknya yang terakhir yang paling muda usianya. Datanglah gadis itu bersimpuh di dekat kedua orangtuanya. Wajahnya sangat ayu dan cantik. Dialah yang tercantik di antara mereka. Selanjutnya diutarakanlah maksud kedatangan orangtua Lalu Lepang Kuning.
“Saya sangat bangga dengan kedua orangtua Lalu Lepang Kuning ini, yang sangat mencintai anaknya. Dan juga saya sangat bangga dengan Lalu Lepang Kuning yang memiliki semangat yang tinggi, tidak mudah putus asa, karena itu dengan hati yang tulus iklas saya menerima lamaran ini”, kata gadis yang paling bungsu ini. Tidak terkira gembiranya hati kedua orangtua Lalu Lepang Kuning mendengar jawaba gadis ini yang isinya meneriama lamaranya. Dan lagi gadis bungsu ini berbicara dengan sikap yang sopan santun dan ramah, sangat berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain. Singkat cerita maka segeralah kedua orangtua Lalu Lepang Kuning mohon pamit untuk pulang.
Sepulangnya kedua orangtua Lalu Lepang Kuning, suasana di rumah Dadara Pitu terjadi pembicaraan yang serius antara keluarga itu. Dari kalangan keenam orang saudara dari gadis bungsu sangat menyesalkan sikap adiknya itu.
“Mengapa kau menerima lamaran Lalu Lepang Kuning. Mengapa kau sudi dipersunting oleh orang seperti itu. Ini sangat memalukan, kau sudah menjatuhkah harkat dan martabat keluarga. Kita akan menjadi orang yang terhina di kampung ini. Karena itu kami mohon agar kau membatalkannya”, kata saudara-saudaranya. Berbagai cara terus dilakukan agar gadis bungsu membatalkan dan menolak lamaran Lalu Lepang Kuning. Tetapi sang gadis bungsu retap pada pendiriannya.
Kembali kepada Lalu Lepang Kuning yang tampaknya sangat bersuka cita mendengar berita diterimanya itu. Dia sangat berterima kasih kepada kedua orangtuanya. Sekarang dia semakin bangga dan yakin akan cinta kasih orangtuanya kepadanya yang begitu besar kokoh dan kuat. Dipeluknya dan diciumnya kedua orangtuanya itu. Kedua orangtuanya meneteskan air mata, mereka terharu atas peristiwa yang dialaminya.
Singkatnya, maka diundanglah semua kerabat keluarga dan tetangga di sekitarnya untuk melaksanakan acara perkawinan anak satu-satunya itu. Berbondong-bondonglah orang datang dari segala penjuru kota ingin menyaksikan perkawinan yang meriah dan mengesankan itu. Sebagaimana lazimnya adat Bugis sebelum pengatin berada di atas pelaminan terlebih dahulu diselenggarakan acara barodaki. Dalam acara barodak ini kedua pengatin terlebih dahulu dimandikan denga air kembang. Tatkala air kembang membasahi sekujur tubuh Lalu Lepang Kuning tiba-tiba suatu keajaiban terjadi. Tubuh dan wajah Lalu Lepang Kuning perlahan-lahan berubah bentuknya menjadi layaknya tubuh dan wajah manusia biasa. Kulitnya menjadi halus dan kuning. Wajahnya berubah sangat tampan. Lalu Lepang Kuning menjadi layaknya seorang Pangeran, terlebih-lebih ketika ia berdiri maka tampak tubunya yang tegap dan kekar padat berisi. Pandangan mata tajam tetapi sejuk. Sangat serasi dengan calon isterinya.
Melihat bentuk tubuh dan tampannya wajah Lalu Lepang Kuning, maka sulit dicari bandingnya di desa itu. Tidak ada pemuda lain yang dapat disetarakan dengan kegagahan dan ketampanan Lalu Lepang Kuning. Keenamgadis bersaudara yang menolak lamaran Lalu Lepang Kuning nampaknya menyesal. Sekarang mereka merasa iri terhadap saudara, bungsunya itu. Rasa iri itu akhirnya berubah menjadi kebencian.
Upacara pernikahanpun dilangsungkan dengan penuh khidmat, dilanjutkan dengan mempersandingkan keduanya di atas pelaminan. Semua orang yang hadir merasa ikut berbahagia melihat pengantin yang sangat serasi itu. Demikian pula kedua orangtu Lalu Lepang Kuning dan kedua orangtua pengantin perempuan, meraka sangat berbahagia. Upacara berlangsung sangat meraih dihadiri oleh orang-orang dari beragai pelosok desa baik yang diundang maupun yang tidak diundang.
Beberapa bulan lamanya setelah menikah isteri Lalu Lepang Kuning hamil. Saat inilah sang suami harus pergi merantau meninggalkan kampung halaman sesuai adat Bugis. Maka berangkatlah Lalu Lepang Kuning untuk memulai perantauannya ke negeri lain yang jauh untuk mencari sumber penghidupan yang lebih baik. Menjelang persalinan interinya nanti barulah Lalu Lepang Kuning akan kembali. Selama dalam perantauan, keenam saudara dari isteri Lalu Lepang Kuning mencari berbagai cara untuk merebut Lalu Lepang Kuning. Akhirnya keenam bersaudara dimaksud bersepakat untuk membunuh saudaranya yang ketujuh yang sekarang menjadi isteri Lalu Lepang Kuning dan setelah itu mereka akan mudah untuk merebut Lalu Lepang Kuning.
Dengan segala tipudaya diajaklah adiknya yang sedang hamil tua itu untuk bermain-main di laut dengan menggunakan perahu. Sesampainya di tengah laut dibuanglah adiknya itu ke dalam laut. Setelah itu mereka meninggalkan adiknya itu dan membiarkannya terkatung-katung dihempas gelombang. Sesampainya di desa dikabarkan kepada orangtua mereka bahwa adik mereka yang bungsu telah tenggelam di laut ketika mandi dan terserat oleh arus dan gelombang sangat sedih, mereka datang melaut untuk mencari isteri Lalu Lepang Kuning sama sekali tidak meninggalkan jejak.
Sehari semalam lamanya isteri Lalu Lepang Kuning terkatung-katung di laut. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan diri. Badanya terasa sakit dan sulit digerakkan. Kehamilannya yang sudah mencapai tujuh bulan itu membuatnya sulit untuk bergerak. Namun ia tetap bertahan dengan mengerak-gerakkan badannya sambil berdoa kepada Tuhan mudah-mudahan dirinya dan anaknya yang dalam kandungan itu selamat sehingga dapat bertemu kembali dengan sanak keluarga. Isteri Lalu Lepang Kuning ini terus terbawah arus dan akhirnya terdampar di sebuah pulau yang sepi dan tidak berpenghuni.
Berhari-hari lamanya ia berada di pulau yang sepi itu. Untungnya di pulau itu ada sumber air tawar yang dapat dipakai untuk minum. Dimakannya daun-daun kayu yang ada di pulau itu untuk mempertahankan hidupnya. Mau berjalan ia tak kuasa. Badannya terasa sangat sakit karena dalam keadaan hamil tua. Malam harinya tidur kedinginan karena tak ada kain yang dapat dipakai untuk menutup badan selain selembar kain dan baju yang masih melekat di badan. Dalam keadaan dimana tak seorangpun dapat dimintai pertolongan, ia hanya pasrah kepada nasib. Namun hati dan jiwanya tetap bergantung kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa yang menggenggam hidup dan matinya manusia. Siang malam ia menjalani hidupnya yang penuh derita di pulau itu, siang malam ia memanjatkan doa.
Pada suatu hari yang isteri Lalu lepang Kuning beristirahat di bawah sebuah pohon di pantai laut pulau itu. Pandangannya menyapu luasan laut sampai ke horison. Dia berharap akan ada kapal atau perahu yang melintas.Tetapi sebagaimana hari-hari sebelumnya tak ada perahu yang lewat. Namun hati dan jiwanya tak lepas dari pengharapan karena dia yakin masih ada Tuhan yang akan menolongnya. Tiba-tiba dia mengamati ada setitik bayang nun jauh di sana di kaki langit. Bayangan itu menyakini pengilahatnnya bahwa itu memang perahu. Ternyata benar itu adalah sebuah perahu. Semakin lama semakin membesar dan semakin jelas bahwa itu adalah perahu yang besar. Maka dia melangkah ke terik matahari di pantai itu untuk melambai-lambaikan selendangnya yang berwarna merah dengan harapan akan dapat dilihat oleh nakhoda perahu itu dan berkenan untuk memberinya petolongan.
Usaha dari isteri Lalu Lepang Kuning ternyata berhasil. Rupanya nakhoda perahu itu melihat lambaia selendang yang mematulkan cahaya di terik matahari di pantai itu. Nakhoda sudah mengetahui itu adalah pulau yang tidak berpenghuni. Maka sebelummendekati pulau itu nakhoda melaporkan kepada tuanya bahwa ada lambaian kain yang terlihat di pulau yang sedang dilitasnya sepertinya ada seseorang yang membutuhkan bantuan atau pertolongan. Pemilik perahu yang menjadi tuan dari nakhoda itu ternyata adalah Lalu Lepang Kuning. Segera saja Lalu Lepang Kuning memerintahkan untuk mendekat dan berlabuh di pantai itu.
Dari atas perahu itu, Lalu Lepang Kuning melihat bahwa yang melambaikan kain itu adalah seorang perempuan muda yang sedang hamil tua. Terbayang olehnya tentunya isterinya di kampung juga telah hamil tua seperti yang ada di pulau itu. Di dekatnya pulau itu, kemudian Lalu Lepang Kuning memerintahkah anak buahnya untuk mendekat ke pantai dengan menggunakan sampan kecil. Diajaklah perempuan hamil itu ke atas kapal. Dan alangkah terkejutnya Lalu Lepang Kuning ketika mengetahui bahwa perempuan muda yang lagi hamil tua tua itu tidak lain adalah isterinya yang selama ini menjadi kembang kerinduanya selama dalam perantauan. Demikian juga dengan isterinya yang sudah lemah dan kepayahan itu sangat terkejut ketika mengetahui bahwa pemilik perahu yang ada dihadapannya yang telah menolongnya itu ternyata adalah suaminya sendiri yang selama ini dirindukan dan didoakan agar cepat kembali menyongsong kelahiran bayi yang sekarang masih dalam kandungannya. Tak kuasa sang isteri menahan tangis sebelum sempat ia menceritakan peristiwa yang menimpanya. Lalu lepang Kuning terus diliputi tanda tanya seolah tak percaya mengapa isterinya sampai berada di pulau yang sunyi sepi dan terpecil itu.
Kemudia sang isteri menceritakan seluruh peristiwa dari awal sampai akhirnya dirinya diselamatkan. Lalu Lepang Kuning sangat sedih tetapi ia tetap dapat mengendalikan segala perasaanya. Ia mencoba menenengkan isterinya itu dipeluknya isterinya dengan penuh kasih sayang sehingga sang isteri merasa terlindung sekarang .Lalu Lepang Kuning segera memerintahkan kepada nakhoda dan seluruh awak perahu untuk mengangkat sauh mengembangkan layar untuk melanjutkan perjalanan.
Akhirnya setelah dua hari dua malam dalam perjalanan sampailah Lalu Lepang Kuning bersama isterinya ke kampung halamannya. Alangkah terkejutnya keenam bersaudara ketika melihat saudarnya yang telah ditenggelamkan di laut dalam keadaan segar bugar dan pulang bersama suaminya Lalu Lepang Kuning. Persangkaan mereka bahwa saudaranya itu telah mati di laut. Keenam bersaudara itu menagis sejadi-jadinya menyesali perbuatannya yang licik dan keji. Mereka sekarang berlutut di hadapan Lalu Lepang Kuning dan dihadapan adiknya itu untuk memohon ampun atas segala kekeliruan yang telah mereka perbuat.
Lalau Lepang Kuning akhirnya memaafkah keenam orang saudara dari isterinya itu. Dan selanjutnya setelah itu Lalu Lepang Kuning hidup berbahagia rukun dan damai bersama isterinya. Tidak lama kemudian lengkap sudah kebahagian mereka setelah mereka dikaruniakan seorang anak buah dari perkawinannya. Anak yang gagah dan tampan seperti kedua orangtunya.



Catatan;
  1. Biso Tian adalah suatu bentuk upacara untuk memohon keselamatan atas ibu yang sedang hamil, dan juga keselamatan anak yang dikandungnya. Dalam bahasa Sumbawa biso berati cuci, dan tian berarti perut. Tetapi istilah biso tian tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi istilah cuci perut. Karena intilah cuci perut dalam bahasa Indonesia sangat berbeda pengertiannya dengan istilah biso tian bahasa Sumbawa.
  2. Lalu Lepang Kuning, merupakan nama. Lalu adalah salah satu gelar yang diberikan oleh orangtua karena kedudukan mereka yang memiliki garis keturunan dari kalangan bangsawan. Lepang berarti katak (binatang yang biasanya disebut juga dengan kodok). Kuning menunjukkan warna. 
  3. Dadara Pitu, merupakan sebutan untuk tujuh orang gadis dalam cerita ini. Dadara berarti gadis, dan pitu berarti tujuh. Istilah Dadara Pitu tidak dapat diartikan tujuh gadis dalam pengertian umum, tetapi mempunyai pengertian yang khas sebagai tujuh orang gadis yang bersaudara.
  4. Barodak, merupakan salah satu dari rangkaian adat perkawinan orang Sumbawa. Acara ini didahului oleh acara mandi dengan air kembang. Setelah itu dilanjutkan dengan melumuri tubuh calon pengantin dengan odak yaitu sejenis bedak atau lulur yang diramu secara khusus agar kulit penganti nampak bersih dan cantik.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Berkomentarlah! EmoticonEmoticon