Setiap saat mereka berdoa kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa agar dikarunia seorang anak. Namun sekian lama
sudah doa dipanjatkan belum juga dikabulkan. Walaupun demikian mereka
berdua tidak pernah berputus asa. Pada suatu hari mereka memohon
kepada Allah SWT dengan perasaan syahdu tulus dan ikhlas agar mereka
dikaruniakan seorang anak. Bagaimanapun bentuk dan rupa anak yang
akan dikaruniai akan diterima dengan senang hati, meskipun sekirahnya
anak itu nanti wajah dan rupanya seperti katak. Dalam kekhusukan
berdoa tersebut tiba-tiba terdengarlah petir menyambar, angin bertiup
kencang sehingga mereka menjadi ketakutan. Tetapi dalam ketakutan itu
mereka berdua berpikir mungkin petir dan angin itu merupakan pertanda
bahwa doa mereka dikabulkan.
Hari berganti hari minggu berganti
minggu ternyata ada perubahan pada sang isteri, yaitu merasa bahwa
dirinya hamil. Gembira hati kedua suami ister itu karena berarti
delapa atau sembilan bulan lagi mereka akan dapat menggendong bayi.
Setelah usia
kandunga sang isteri berumur tujuh bulan, seperti biasanya setiap
orang Bugis pada kehamilan anak pertama itu mereka mengadakan
Upacara
Biso Tian
yang dilaksanakan untuk memohon berkah dan keselamatan ibu yang
sedang hamildan anak yang sedang hamil dan anak yang sedang dalam
kandungan. Sekitar dua bulan lebih tibahlah saat melahirkan maka
untuk membantu persalinan dipanggilan dukun beranak di desa itu.
Betapa kagetnya sang dukun beranak keteka melihat anak yang
dilahirkan dalambentuk atau rupa seekor katak.Namun bayi yang baru
lahir itu tetap diperlakukan sebagaimana anak bayi biasa. Setelah
selesai dimandika bayi tersebut diberikan kepada ibunya. Melihat
anaknya dalam bentuk dan rupa persis seekor katak kedua suami isteri
itu tidak menampakkan kekecewaan bahkan sangat menyayangi anak
bayinya itu. Itu berarti bahwa mereka berdua menerima kehadiran bayi
itu dengan tulus sebagai suatu karunia dari Allah SWT.
Dari tahun ke
tahun anak itu diasuh kedua orangtuanya sehingga sampailah kepada
usia belasan tahun. Setelah anak itu besar dengan bangga mereka
memberi nama untuk anaknya itu dengan nama lalu
lepang kuning.
Dari waktu ke waktu anak tersebut tumbuh dan berkembang menjadi anak
remaja. Sebagaimana layaknya manusia biasa, Lalu Lepang Kuning
memiliki perasaan yang sama ada keinginan untuk bergaul dan berteman,
ada keinginan untuk memiliki sesuatu, ada keinginan, untuk bermain-
main, ada keinginan lainnya.
Di desa tempat
tinggalnya Lalu Lepang Kuning terdapat tujuh orang gadis yang sangat
cantik. Ketujuh orang gadis tersebut terkenal dengan sebutan dadara
pitu.
Dadara pitu merupakan tujuh orang bersaudara. Kecantikannya yang luar
biasa menyebabkan banyak pemuda tergila-gila mendambakan
untukmenyunting salah seorang di antarnya. Termasuk di antara pemuda
dan remaja itu adalah Lalu Lepang Kuning. Siang dan malam Lalu Lepang
Kuning memendam perasaannya, ada keinginan yang kuat untuk menyunting
salah satunya untuk menjadi isteri. Tak kuasaia melawan kehendak hati
dan jiwanya, meskipun didasari juga olehnya bahwa dirinya tak pantas
utnuk menjadi suami dari gadis yang sangat cantik itu.
Pada suatu hari
Lalu
Lepang Kuning
termenung dan gelisah menghayati gejolakbatinya yang kian kuat.
Kegelisaan yang tampak pada diri Lalu
Lepang Kuning
tidak luput dari perhatian kedua orangtuanya. Kedua orangtunya
menanyakan kepada Lalu Lepang Kuning tentang apa yang membuatnya
tampak gelisah. Akhirnya Lalu Lepang Kuning menyampaikan segala
perasaan dan harapannya kepada kedua orangtunya. Harapannya itu
adalah agar kedua orangtua datang melamar salah dari dadara
pitu
itu. Betapa kaget kedua orangtua
Lalu Lepang Kuning
mendengar segala perasaan dan harapan anaknya. Selama ini segala
sesuatu yang diminta oleh Lalu
Lepang Kuning
selalu dapat dipenuhinya. Semua itu karena rasa cinta kedua orangtua
yang sangat mendalam kepada anaknya. Tetapi mrnghadapi permintaan
yang satu ini sungguh merupakah suatu hal yang mustahil. Disadari
oleh orangtua itu bahwa Lalu Lepang Kuning yang bentuknya seperti
katak sangat tidak pantas untuk mempersunting Dadara
Pitu
yang itu.
Rasa cinta yang mendalam kepada anak
satu-satunya menyebabkan kedua orangtua akhirnya mau memenuhi
keinginan Lalu Lepang Kuning. Rencana untuk melamar dimantangkan
sudah. Segala sesuatu dipersiapkan berupa barang-barang yang biasanya
akan diserahkah nantinya kepada pihak wanita. Siapa tahu lamarannya
diterima berarti perkawinan akan dapat segera dilangsungkan. Melihat
kedua orangtuanya bersedia untuk melamar Dadara Pitu, gembira dan
senanglah hati Lalu Lepang Kuning. Wajahnya tidak murung lagi, karena
ada harapan akan mempersunting gadis yang sangat cantik di antara
Dadara Pitu itu. Setelah segala sesuatunya dimusyawarahkan maka
diputuskanlah untuk segera melaksanakan lamaran.
Pada suatu hari yang telah
ditentukan pergilah kedua orangtua Lalu Lepang Kuning ke rumah Dadara
Pitu untuk melamar. Mereka berduamenemui kedua orang tua Dadara Pitu.
Segerahlah mereka berdua mengutarakan maksudnya yaitu melamar anak
yang pertama atau anak sulung di antara Dadara Pitu itu untuk di
persuntingkan oleh Lalu Lepang Kuning. Kedua orangtua Dadara Pitu
nampaknya agak sulit untuk menerima lamaran itu, namun mereka
memanggil juga anaknya yang sulung untuk menanyakan kesediaannya.
Tetapi apa yang terjadi, mendengar bahwa dirinya dilamar oleh Lalu
Lepang Kuning maka marahlah gadis itu dan bahkah mencaci maki kedua
orangtua Lalu Lepang Kuning.
“Siapa mau dipersuntingkan oleh
orang yang bentuk dan rupanya seperti katak itu. Aku tidak
mau,sungguh tidak pantas rasanya aku yang cantik jelita ini akan
menjadi isteri seekor katak. Pulanglan dan tidak usah mengaharap
lagi”, kata gadis itu. Mendengar cacian dan hinaan dari gadis itu,
kedua orangtua Lalu Lepang Kuning hanya bisa bersabar.Mereka tidak
merasa marah sedikitpun, disadarinya bahwa itu merupakan suratan
tangan keluarga khususnya anaknya. Maka sesuai janjinya dahulu ketika
mereka mendoakan untuk memperoleh anak, walaupun anaknya akan seperti
katak akan tetap diterima. Janji ini tetap dipegang teguh oleh
mereka.
“Baiklah kalau demikian. Sebelum
kami berdua meningglkan tempat yang mulia ini, kami mohon maaf atas
kelancangan kami. Selanjutnya kami permisi”, kata ayah Lalu Lepang
Kuning dengan sikap yang ramah dan sopan.
Lalu Lepang Kuning sudah tidak sabar
menunggu kembalinya kedua orangtunya dari rumah Dadara Pitu.
Pandangan matanya tertuju terus ke halaman depan rumahnya. Begitu
kedua orangtunya datang, Lalu Lepang Kuning melompat-lompat
kegirangan. Setelah kedua orangtuanya menyampaikan bahwa lamarannya
ditolak, Lalu Lepang Kuning hanya tersenyum. Harapan masih ada pikir
Lalu lepang Kuning, maka dimintalah agar kedua orangtuanya
melaksanakan lamaran berikutnya untuk anak yang kedua di antara
Dadara Pitu.
Sebenarnya orangtua Lalu Lepang
Kuning sudah merasa malu untuk pergi melamar lagi. Tetapi desakan
Lalu Lepang Kuning anaknya dan rasa kasih mereka akhirnya lamaran
kedua dilaksanakan. Hasilnya sudah dibayangkan, ternyata mereka
mendapat kecaman dan caci maki yang lebih pedas lagi dari anak gadis
kedua. Lamaran ditolak. Maka segeralah kedua orangtua Lalu Lepang
Kuning berpamitan. Setibahnya di rumah, segerahlah hasilnya
disampaikan kepada anaknya. Mengetahui lamarannya ditolak lagi, Lalu
Lepang Kuning hanya tersenyum, tetapi keinginannya semakin besar
untuk dapat mempersunting salah satu diantara Dadara Pitu. Maka Lalu
Lepang Kuning kembali merayu orangtuanya untnuk melamar gadis yang
ketiga. Lamaran dilaksanakan dan hasilnya sama tidak ada bedanya
bahkan kedua orangtua Lalu Lepang Kuning mendapat caci maki dan
hinaan yang hampir-hampir tak tertanggungkan.
Singkat cerita sampai dengan lamaran
untuk gadis yang keenam seluruhnya ditolak mentah-mentah. Apalagi
tersebar berita di seluruh desa bahwa Lalu Lepang Kuning melamar
Dadara Pitu, dan lamaran selalu ditolak. Berita melamar itu akhirnya
menjadi gunjingan setiap orang. Ada yang mengatakan bahwa keluarga
Lalu Lepang Kuning benar-benar tidak tahu malu, tidak tahu diri,
tidakdapat menempatkan diri. Tahu bahwa anaknya berupa seekor katak
mengapa pula memberanikan diri melamar gadis cantik. Manusia yang
tampan pun belum tentu mendapat tempat di hati Dadara Pitu tersebut.
Dari kalangan orangtua Dadara Pitu beserta seluruh keluarganya merasa
seolah-olah harkat dan martabatnya dilecehkan dan dilanjutkan karena
berkali-kali Lalu Lepang Kuning datang melamar. Semestinya setelah
lamarannya ditolak Lalu Lepang Kuning dan kedua orangtuanya tidak
lagi untuk datang melamar.
Lalu Lepang Kuning memang sosok yang
tidak mudah putus asa. Masih ada satu harapan tersisa, yaitu melamar
gadis yang ketujuh. Dikemukakannya harapan itu kepada kedua
orangtuanya. Kedua orangtunya yang sangat mencintainya tidak dapat
menolak selain mereka memenuhi saja harapan Lalu Lepang Kuning anak
satu-satunya itu. Cintah kepada anak memang segala-galanya bagi
orangtua Lalu Lepang Kuning. Sulit ditemukan orangtua yang seperti
itu. Mereka mampu mendobrak perasaan putus asa, mendobrak rasamalu,
mendobrak segala keraguan yang ada. Mereka berprinsip, manusia
ditakdirkan untuk melaksanakan usaha dan berjuang, dan Tuhanlah yang
akan menentukan hasilnya. Tuhanlah yang memegang kendali hati
manusia, maka dengan prinsip itu mereka sepakat untuk melaksanakan
lamaran yang ketujuh si gadis bungsu di antara Dadara Pitu yang
terkenal itu.
Perjalanan terakhir ini tidak lupa
diiringi doa oleh Lalu Lepang Kuning. Dia berdoa kepada Tuha bahwa
kedua orangtuanya telah menunjukkan rasa cinta dan tanggungjawab yang
luar biasa kepada dirinya sebagai anak. Maka berikanlah mereka
kekuatan dan kelapangan dalam berusaha terutama dalam lamaran ini.
Demikian antara lain isi doa Lalu Lepang Kuning. Kedua orangtua Lalu
Lepang Kuning telah sampai ke rumah Dadara Pitu. Maka segeralah
lamaran itu diutarakan.
“Kembali kami mohon maaf atas
kelancangan kami ini. Kami tahu bahwa anak kami Lalu Lepang Kuning
sangat tidak pantas untuk menjadi menantu dalam keluarga ini dan
tidak pantas untuk mempersungting dadara pitu. Tetapi ijinkan kami
untuk yang terakhir kalinya. Kami datang membawa lamaran yang
terakhir untuk gadis yang bungsu”, kata ayah Lalu Lepang Kuning.
Segerahlah orangtua dari Dadara Pitu
memanggil anaknya yang terakhir yang paling muda usianya. Datanglah
gadis itu bersimpuh di dekat kedua orangtuanya. Wajahnya sangat ayu
dan cantik. Dialah yang tercantik di antara mereka. Selanjutnya
diutarakanlah maksud kedatangan orangtua Lalu Lepang Kuning.
“Saya sangat bangga dengan kedua
orangtua Lalu Lepang Kuning ini, yang sangat mencintai anaknya. Dan
juga saya sangat bangga dengan Lalu Lepang Kuning yang memiliki
semangat yang tinggi, tidak mudah putus asa, karena itu dengan hati
yang tulus iklas saya menerima lamaran ini”, kata gadis yang paling
bungsu ini. Tidak terkira gembiranya hati kedua orangtua Lalu Lepang
Kuning mendengar jawaba gadis ini yang isinya meneriama lamaranya.
Dan lagi gadis bungsu ini berbicara dengan sikap yang sopan santun
dan ramah, sangat berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain.
Singkat cerita maka segeralah kedua orangtua Lalu Lepang Kuning mohon
pamit untuk pulang.
Sepulangnya kedua orangtua Lalu
Lepang Kuning, suasana di rumah Dadara Pitu terjadi pembicaraan yang
serius antara keluarga itu. Dari kalangan keenam orang saudara dari
gadis bungsu sangat menyesalkan sikap adiknya itu.
“Mengapa kau menerima lamaran Lalu
Lepang Kuning. Mengapa kau sudi dipersunting oleh orang seperti itu.
Ini sangat memalukan, kau sudah menjatuhkah harkat dan martabat
keluarga. Kita akan menjadi orang yang terhina di kampung ini. Karena
itu kami mohon agar kau membatalkannya”, kata saudara-saudaranya.
Berbagai cara terus dilakukan agar gadis bungsu membatalkan dan
menolak lamaran Lalu Lepang Kuning. Tetapi sang gadis bungsu retap
pada pendiriannya.
Kembali kepada Lalu Lepang Kuning
yang tampaknya sangat bersuka cita mendengar berita diterimanya itu.
Dia sangat berterima kasih kepada kedua orangtuanya. Sekarang dia
semakin bangga dan yakin akan cinta kasih orangtuanya kepadanya yang
begitu besar kokoh dan kuat. Dipeluknya dan diciumnya kedua
orangtuanya itu. Kedua orangtuanya meneteskan air mata, mereka
terharu atas peristiwa yang dialaminya.
Singkatnya, maka
diundanglah semua kerabat keluarga dan tetangga di sekitarnya untuk
melaksanakan acara perkawinan anak satu-satunya itu.
Berbondong-bondonglah orang datang dari segala penjuru kota ingin
menyaksikan perkawinan yang meriah dan mengesankan itu. Sebagaimana
lazimnya adat Bugis sebelum pengatin berada di atas pelaminan
terlebih dahulu diselenggarakan acara barodaki.
Dalam acara barodak ini kedua pengatin terlebih dahulu dimandikan
denga air kembang. Tatkala air kembang membasahi sekujur tubuh Lalu
Lepang Kuning tiba-tiba suatu keajaiban terjadi. Tubuh dan wajah Lalu
Lepang Kuning perlahan-lahan berubah bentuknya menjadi layaknya tubuh
dan wajah manusia biasa. Kulitnya menjadi halus dan kuning. Wajahnya
berubah sangat tampan. Lalu Lepang Kuning menjadi layaknya seorang
Pangeran, terlebih-lebih ketika ia berdiri maka tampak tubunya yang
tegap dan kekar padat berisi. Pandangan mata tajam tetapi sejuk.
Sangat serasi dengan calon isterinya.
Melihat bentuk tubuh dan tampannya
wajah Lalu Lepang Kuning, maka sulit dicari bandingnya di desa itu.
Tidak ada pemuda lain yang dapat disetarakan dengan kegagahan dan
ketampanan Lalu Lepang Kuning. Keenamgadis bersaudara yang menolak
lamaran Lalu Lepang Kuning nampaknya menyesal. Sekarang mereka merasa
iri terhadap saudara, bungsunya itu. Rasa iri itu akhirnya berubah
menjadi kebencian.
Upacara pernikahanpun dilangsungkan
dengan penuh khidmat, dilanjutkan dengan mempersandingkan keduanya di
atas pelaminan. Semua orang yang hadir merasa ikut berbahagia melihat
pengantin yang sangat serasi itu. Demikian pula kedua orangtu Lalu
Lepang Kuning dan kedua orangtua pengantin perempuan, meraka sangat
berbahagia. Upacara berlangsung sangat meraih dihadiri oleh
orang-orang dari beragai pelosok desa baik yang diundang maupun yang
tidak diundang.
Beberapa bulan lamanya setelah
menikah isteri Lalu Lepang Kuning hamil. Saat inilah sang suami harus
pergi merantau meninggalkan kampung halaman sesuai adat Bugis. Maka
berangkatlah Lalu Lepang Kuning untuk memulai perantauannya ke negeri
lain yang jauh untuk mencari sumber penghidupan yang lebih baik.
Menjelang persalinan interinya nanti barulah Lalu Lepang Kuning akan
kembali. Selama dalam perantauan, keenam saudara dari isteri Lalu
Lepang Kuning mencari berbagai cara untuk merebut Lalu Lepang Kuning.
Akhirnya keenam bersaudara dimaksud bersepakat untuk membunuh
saudaranya yang ketujuh yang sekarang menjadi isteri Lalu Lepang
Kuning dan setelah itu mereka akan mudah untuk merebut Lalu Lepang
Kuning.
Dengan segala tipudaya diajaklah
adiknya yang sedang hamil tua itu untuk bermain-main di laut dengan
menggunakan perahu. Sesampainya di tengah laut dibuanglah adiknya itu
ke dalam laut. Setelah itu mereka meninggalkan adiknya itu dan
membiarkannya terkatung-katung dihempas gelombang. Sesampainya di
desa dikabarkan kepada orangtua mereka bahwa adik mereka yang bungsu
telah tenggelam di laut ketika mandi dan terserat oleh arus dan
gelombang sangat sedih, mereka datang melaut untuk mencari isteri
Lalu Lepang Kuning sama sekali tidak meninggalkan jejak.
Sehari semalam lamanya isteri Lalu
Lepang Kuning terkatung-katung di laut. Ia berusaha sekuat tenaga
untuk menyelamatkan diri. Badanya terasa sakit dan sulit digerakkan.
Kehamilannya yang sudah mencapai tujuh bulan itu membuatnya sulit
untuk bergerak. Namun ia tetap bertahan dengan mengerak-gerakkan
badannya sambil berdoa kepada Tuhan mudah-mudahan dirinya dan anaknya
yang dalam kandungan itu selamat sehingga dapat bertemu kembali
dengan sanak keluarga. Isteri Lalu Lepang Kuning ini terus terbawah
arus dan akhirnya terdampar di sebuah pulau yang sepi dan tidak
berpenghuni.
Berhari-hari lamanya ia berada di
pulau yang sepi itu. Untungnya di pulau itu ada sumber air tawar yang
dapat dipakai untuk minum. Dimakannya daun-daun kayu yang ada di
pulau itu untuk mempertahankan hidupnya. Mau berjalan ia tak kuasa.
Badannya terasa sangat sakit karena dalam keadaan hamil tua. Malam
harinya tidur kedinginan karena tak ada kain yang dapat dipakai untuk
menutup badan selain selembar kain dan baju yang masih melekat di
badan. Dalam keadaan dimana tak seorangpun dapat dimintai
pertolongan, ia hanya pasrah kepada nasib. Namun hati dan jiwanya
tetap bergantung kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa yang menggenggam
hidup dan matinya manusia. Siang malam ia menjalani hidupnya yang
penuh derita di pulau itu, siang malam ia memanjatkan doa.
Pada suatu hari yang isteri Lalu
lepang Kuning beristirahat di bawah sebuah pohon di pantai laut pulau
itu. Pandangannya menyapu luasan laut sampai ke horison. Dia berharap
akan ada kapal atau perahu yang melintas.Tetapi sebagaimana hari-hari
sebelumnya tak ada perahu yang lewat. Namun hati dan jiwanya tak
lepas dari pengharapan karena dia yakin masih ada Tuhan yang akan
menolongnya. Tiba-tiba dia mengamati ada setitik bayang nun jauh di
sana di kaki langit. Bayangan itu menyakini pengilahatnnya bahwa itu
memang perahu. Ternyata benar itu adalah sebuah perahu. Semakin lama
semakin membesar dan semakin jelas bahwa itu adalah perahu yang
besar. Maka dia melangkah ke terik matahari di pantai itu untuk
melambai-lambaikan selendangnya yang berwarna merah dengan harapan
akan dapat dilihat oleh nakhoda perahu itu dan berkenan untuk
memberinya petolongan.
Usaha dari isteri Lalu Lepang Kuning
ternyata berhasil. Rupanya nakhoda perahu itu melihat lambaia
selendang yang mematulkan cahaya di terik matahari di pantai itu.
Nakhoda sudah mengetahui itu adalah pulau yang tidak berpenghuni.
Maka sebelummendekati pulau itu nakhoda melaporkan kepada tuanya
bahwa ada lambaian kain yang terlihat di pulau yang sedang dilitasnya
sepertinya ada seseorang yang membutuhkan bantuan atau pertolongan.
Pemilik perahu yang menjadi tuan dari nakhoda itu ternyata adalah
Lalu Lepang Kuning. Segera saja Lalu Lepang Kuning memerintahkan
untuk mendekat dan berlabuh di pantai itu.
Dari atas perahu itu, Lalu Lepang
Kuning melihat bahwa yang melambaikan kain itu adalah seorang
perempuan muda yang sedang hamil tua. Terbayang olehnya tentunya
isterinya di kampung juga telah hamil tua seperti yang ada di pulau
itu. Di dekatnya pulau itu, kemudian Lalu Lepang Kuning memerintahkah
anak buahnya untuk mendekat ke pantai dengan menggunakan sampan
kecil. Diajaklah perempuan hamil itu ke atas kapal. Dan alangkah
terkejutnya Lalu Lepang Kuning ketika mengetahui bahwa perempuan muda
yang lagi hamil tua tua itu tidak lain adalah isterinya yang selama
ini menjadi kembang kerinduanya selama dalam perantauan. Demikian
juga dengan isterinya yang sudah lemah dan kepayahan itu sangat
terkejut ketika mengetahui bahwa pemilik perahu yang ada dihadapannya
yang telah menolongnya itu ternyata adalah suaminya sendiri yang
selama ini dirindukan dan didoakan agar cepat kembali menyongsong
kelahiran bayi yang sekarang masih dalam kandungannya. Tak kuasa sang
isteri menahan tangis sebelum sempat ia menceritakan peristiwa yang
menimpanya. Lalu lepang Kuning terus diliputi tanda tanya seolah tak
percaya mengapa isterinya sampai berada di pulau yang sunyi sepi dan
terpecil itu.
Kemudia sang isteri menceritakan
seluruh peristiwa dari awal sampai akhirnya dirinya diselamatkan.
Lalu Lepang Kuning sangat sedih tetapi ia tetap dapat mengendalikan
segala perasaanya. Ia mencoba menenengkan isterinya itu dipeluknya
isterinya dengan penuh kasih sayang sehingga sang isteri merasa
terlindung sekarang .Lalu Lepang Kuning segera memerintahkan kepada
nakhoda dan seluruh awak perahu untuk mengangkat sauh mengembangkan
layar untuk melanjutkan perjalanan.
Akhirnya setelah dua hari dua malam
dalam perjalanan sampailah Lalu Lepang Kuning bersama isterinya ke
kampung halamannya. Alangkah terkejutnya keenam bersaudara ketika
melihat saudarnya yang telah ditenggelamkan di laut dalam keadaan
segar bugar dan pulang bersama suaminya Lalu Lepang Kuning.
Persangkaan mereka bahwa saudaranya itu telah mati di laut. Keenam
bersaudara itu menagis sejadi-jadinya menyesali perbuatannya yang
licik dan keji. Mereka sekarang berlutut di hadapan Lalu Lepang
Kuning dan dihadapan adiknya itu untuk memohon ampun atas segala
kekeliruan yang telah mereka perbuat.
Lalau Lepang Kuning akhirnya
memaafkah keenam orang saudara dari isterinya itu. Dan selanjutnya
setelah itu Lalu Lepang Kuning hidup berbahagia rukun dan damai
bersama isterinya. Tidak lama kemudian lengkap sudah kebahagian
mereka setelah mereka dikaruniakan seorang anak buah dari
perkawinannya. Anak yang gagah dan tampan seperti kedua orangtunya.
Catatan;
- Biso Tian adalah suatu bentuk upacara untuk memohon keselamatan atas ibu yang sedang hamil, dan juga keselamatan anak yang dikandungnya. Dalam bahasa Sumbawa biso berati cuci, dan tian berarti perut. Tetapi istilah biso tian tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi istilah cuci perut. Karena intilah cuci perut dalam bahasa Indonesia sangat berbeda pengertiannya dengan istilah biso tian bahasa Sumbawa.
- Lalu Lepang Kuning, merupakan nama. Lalu adalah salah satu gelar yang diberikan oleh orangtua karena kedudukan mereka yang memiliki garis keturunan dari kalangan bangsawan. Lepang berarti katak (binatang yang biasanya disebut juga dengan kodok). Kuning menunjukkan warna.
- Dadara Pitu, merupakan sebutan untuk tujuh orang gadis dalam cerita ini. Dadara berarti gadis, dan pitu berarti tujuh. Istilah Dadara Pitu tidak dapat diartikan tujuh gadis dalam pengertian umum, tetapi mempunyai pengertian yang khas sebagai tujuh orang gadis yang bersaudara.
- Barodak, merupakan salah satu dari rangkaian adat perkawinan orang Sumbawa. Acara ini didahului oleh acara mandi dengan air kembang. Setelah itu dilanjutkan dengan melumuri tubuh calon pengantin dengan odak yaitu sejenis bedak atau lulur yang diramu secara khusus agar kulit penganti nampak bersih dan cantik.
Berkomentarlah! EmoticonEmoticon